
Literasi Jadi Kebutuhan Semua Lapisan Masyarakat
Kab-jepara.kpu.go.id – Literasi atau kemampuan sampai pada keahlian tertentu untuk untuk beberapa jenis kecakapan, menjadi kebutuhan semua lapisan masyarakat. Literasi membaca, menulis, atau menganalisis sebuah informasi sehari-hari misalnya, sangat dibutuhkan untuk menghindarkan individu atau kelompok dari ancaman disinformasi. Setiap pihak pada lingkup yang paling dekat atau kecil pun, memiliki tanggung jawab bersama untuk memberikan literasi.
Anggota KPU Kabupaten Jepara Muhammadun mengatakan hal itu saat menjadi narasumber dalam kegiatan Literasi Publik yang diselenggarakan LITERASI, sebuah forum penulis Jepara di Balai Desa Bawu Kecamatan Batealit, Jumat (4/2). Kegiatan itu diselenggarakan bekerja sama dengan Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unisnu Jepara, serta kanal Korespondensi.id.
Selain Muhammadun, hadir sebagai narasumber Hadi Priyanto, ketua Forum LITERASI. Acara tersebut dimoderatori dosen Unisnu Aliva Rosdiana. Camat Batealit Sulistyo dan Petinggi (kepala desa) Bawu Kuat Setiawan juga menghadiri kegiatan tersebut.
Muhammadun, mengutip data dari Program for International Student Assesment (PISA) 2019, menyebut bahwa Indonesia ada di peringkat ke-62 dari 70 negara, atau masuk 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Mempertimbangkan jumlah bacaan dan total jumlah penduduk Indonesia, tingkat rasio nasional di angka 0,09. Ini sama dengan satu buku, ditunggu 90 orang dalam setahun. Di sisi lain, sesuai standard Unesco adalah tiap orang membaca tiga buku baru dalam setahun. Sedangkan di tiga negara Asia Timur, yakni Korea Selatan, Tiongkok, dan Jepang rata-rata tiap orang membaca 20 buku baru dalam setahun.
“Di sisi lain, jika merujuk data Hootsuite Januari 2021, Indonesia termasuk negara dengan populasi sangat besar pengguna ponsel, yakni 345 juta, atau melebihi jumlah penduduknya yang di kisaran 270-an juta jiwa. Dari jumlah ini, sebanyak 202 juta lebih pengguna terkoneksi internet, dan 170 juta lebih memiliki media sosial. Ini bisa menjadi refleksi bersama,” ungkap Muhammadun.
Ia menjelaskan, jika keaktifan masyarakat dalam mengakses internet dan menggunakan media sosial tidak diimbangi dengan literasi yang memadai, maka amat rentan terhadap konsumsi informasi-informasi tidak bermutu yang banyak beredar di beragam platform media sosial. “Saya berikan salah satu contoh, dalam setiap proses pemilu atau pemilihan kepala daerah, disinformasi banyak beredar. Masyarakat pengguna media sosial tentu menjadi bagian yang mencerna informasi itu. Jika tidak memiliki literasi yang cukup seputar proses demokrasi, atau literasi media dalam mencerna informasi, tentu berpotensi mengganggu mutu partisipasi publik,’’ kata Muhammadun. Ia berpandangan, nilai-nilai luhur seperti bersikap moderat, menjaga keseimbangan, menjunjung tinggi toleransi, adil dan jujur sejak dari diri sendiri, mesti dipegang untuk membantu meningkatkan mutu literasi.
Di hadapan peserta kegiatan yang mayoritas kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar itu, Muhammadun menyampaikan informasi bahwa pemungutan suara pemilu serentak 2024 akan berlangsung pada 14 Februari 2024, sedangkan pemungutan suara pemilihan serentak nasional untuk memilih gubernur-wakil gubernur, bupati-wakil bupati, dan walikota-wakil walikota akan digelar pada 27 November 2024. “Dalam proses menuju pemilu dan pemilihan serentak ini, tentu banyak pihak membutuhkan literasi berdemokrasi, dan secara khusus literasi kepemiluan. Semua pihak bisa mengambil peran sesuai bidangnya,” kata dia.
Dalam kesempatan itu, Hadi Priyanto menyampaikan mendorong generasi muda, untuk membudayakan membaca, berdiskusi, dan menulis. Ia menjelaskan bagaimana pentingnya keluasan sudut pandang dalam memotret dinamika kehidupan. “Ini bisa kita asah dengan cara sering membaca dan berdiskusi. Jika ada gagasan atau ide yang konstruktif, pada tingkat yang paling sederhana sekalipun, bisa ditulis. Ini akan bermanfaat,” kata dia.
Camat Batealit Sulistyo mengatakan, di era teknologi informasi, kehidupan terasa bergerak sangat dinamis. “Setiap pribadi membutuhkan filter agar tak terjebak pada hoaks. Inilah perlunya literasi secara terus menerus,” kata dia. (kpujepara)