
Pemilu Kian Dekat, Perlu Melatih Kebal Dari Hoaks
Kab-jepara.kpu.go.id – Rabu, 14 Februari adalah hari pemungutan suara Pemilu 2024. Waktu yang kian dekat dengan pemilu, berkaca pada Pemilu 2019, banyak disinformasi dan hoaks yang beredar di berbagai media sosial. Masyarakat perlu melatih diri bagaimana bisa kebal dari paparan hoaks. Masyarakat di desa, yang sehari-hari bekerja sebagai petani, berkebun, dan sebagian berdagang perlu saling berinformasi dengan baik agar sama-sama tidak terdampak dari peredaran hoaks. Hal itu untuk menjaga suasana demokratis dalam pemilu, sekaligus menjaga semua prosesnya bermartabat agar pemilih benar-benar berdualat.
Hal itu dikemukakan anggota KPU Kabupaten Jepara Muhammadun saat menjadi narasumber dalam temu pegiat media sosial dari kalangan petani dan seniman di Sanggar Paguyuban Pecinta Tradisi dan Budaya (Gamapetra) Desa Kepuk Kecamatan Bangsri, Jepara, Senin (29/5/2023). Kegiatan bertema Sukseskan Pemilu 2024, Tangkal Berita Hoaks tersebut diselenggarakan Dinas Kominfo Kabupaten Jepara. Hadir sebagai narasumber selain Muhammadun, yaitu Wakil Ketua DPRD Kabupaten Jepara Nuruddin Amin, Kepala Diskominfo Jepara Arif Darmawan, serta pegiat seni budaya Muhammad Hasan.
Muhammadun, mengutip kajian Pasiak, pengkaji neurosains Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, untuk bisa survive otak manusia menyediakan tiga acara yang tersimpan dalam sistem limbic (pusat emosi). Tiga acara itu adalah pertama, menghadapi secara langsung (fight). Kedua, menjauh, kabur (flight). Meskipun sikap menjauh ini belum tentu ada dalam posisi menyerah. Ketiga, membeku (freeze), atau diam kehilangan daya. Mekanisme dalam tiga cara otak di bagian pusat emosi ini secara neurobiologis mendasari perilaku orang untuk melakukan pembohongan atau menyebarkan hal-hal yang bohong. Hal itu dilakukan pada wilayah bawah sadar, intuitif, atau ranah emosional.
‘Hoaks mudah masuk ke otak karena menyentuh emosi, sekaligus berkaitan dengan pertahanan diri dari rasa takut, cemas, marah, atau situasi ketidakpastian. Apalagi ada hubungan antara emosi dengan sikap politik. Hoaks makin direspons karena disebarkan secara massif, dan kadang melalui gambar, video, maupun kata-kata yang bisa memantik emosi,” kata Muhammadun.
Umaroh (40), warga Desa Kepuk dalam sesi dialog merespons. “Bagaimana mungkin seseorang bisa kebal dari hoaks. Bagaimana pula cara membedakan sebuah konten itu hoaks atau bukan,” kata Umaroh.
Muhammadun mengatakan, pandangan seseorang terhadap dirinya turut andil menentukan bagaimana perilakunya. “Seseorang yang memandang dirinya baik dan cerdas, akan cenderung berperilaku sebagai orang baik dan cerdas. Orang yang menganggap dirinya sendiri sebagai kelompok A, maka akan berperilaku sebagaimana perilaku kelompok A. Jadi persepsi terhadap diri harus dibentuk dulu. Jika kita memandang kita sebagai orang yang berhati-hati dalam berinformasi dan berkomunikasi, maka kita akan berhati-hati. Kehati-hatian adalah satu langkah bagaimana bisa kebal terhadap informasi yang salah,” kata Muhammadun.
Terkait kesulitas membedakan hoaks atau tidak, sebagaimana disampaikan Umaroh, Muhammadun menjelaskan secara sederhana bagaimana membedakan sebuah informasi itu fakta, opini, kritik, cacian, atau sebuah hoaks. Semua kategori informasi yang diterima seseorang, kata Muhammadun, tetap membutuhkan pengetahuan pendahuluan. “Jika tak ada sama sekali pengetahuan, langkah yang dilakukan adalah mencari tahu dengan cara mengecek ulang status informasi itu, atau menanyakan kepada yang kira-kira tahu. Proses penyaringan informasi ini penting. Hanya saja, godaannya adalah rasa ingin cepat-cepat membagikan ulang informasi yang belum jelas statusnya, karena merasa sesuai dengan apa yang sudah diyakini. Di sini sering orang terpeleset membagikan hoaks,” lanjut Muhammadun.
Dalam kesempatan itu, Muhammadun juga menyampaikan informasi-informasi kepemiluan. “Saya memandang apa yang dilakukan Diskominfo yang memang sudah bekerja sama dengan KPU untuk memberikan literasi dan berinformasi dan berkomunikasi di tengah masa tahapan pemilu adalah sesuatu yang strategis. Segmennya juga sampai ke desa-desa serta dilakukan secara terus menerus,” kata Muhammadun.
Kepala Diskominfo Arif Darmawan mengatakan Pemilu 2024 harus disukseskan bersama-sama dengan semangat berdemokrasi yang teduh. “Banyak hoaks menjelang pemilu, sehingga masyarakat perlu berhati-hati,” kata dia.
Muhammad Hasan, pegiat seni, mengatakan sejak bermedia sosial selama belasan tahun, ia merasa hal itu mengubah cara orang berperilaku. Termasuk di masyarakat desa. “Saya berbaur dengan warga Desa Kepuk. Mereka Bertani, berkesenian, juga bermedia sosial. Kami terus saling mengingatkan bagaimana bermedia sosial untuk hal-hal yang baik,” kata dia.
Nuruddin Amin, wakil ketua DPRD mengatakan di tengah tahapan pemilu agar masyarakat memegang teguh nilai-nilai kerrukunan dan kekompakan yang sudah terbagun baik di desa. ‘Jangan percaya pada informasi yang mengandung fitnah, menjelek-jelekkan salah satu pihak. Masyarakat fokus saja berpertisipasi dalam pemilu. Mencermati sebaik-baiknya calon pemimpin. Jika bisa bersama-sama mencegah peredaran hoaks, itu lebih baik. Saatnya memberikan suara di pemilu, berikan suara sesuai keyakinan dan pilihan, bukan karena materi,” katanya. (kpujepara)