
KPU Perkuat Strategi Komunikasi Publik
Kab-jepara.kpu.go.id - Sebagai lembaga penyelenggara pemilu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjadi salah satu pusat perhatian. Performa KPU di tengah publik perlu terus ditingkatkan agar komunikasi yang digunakan berjalan efektif dalam menopang kinerja, reputasi dan citra lembaga. Fungsi kehumasan dan strategi pelayanan informasi publik terus diperkuat sebagai persiapan penyelenggaraan pemilu dan pemilihan serentak 2024. Hal tersebut menjadi inti pembahasan dalam rapat koordinasi nasional (Rakornas) Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPD) KPU dan Workshop Kehumasan yang diselenggarakan KPU RI pada 27-28 Oktober. Kegiatan itu berlangsung secara luring dengan penerapan protokol kesehatan di Harris Hotel Sentul, Bogor. Selain itu juga diikuti secara daring oleh KPU provinsi dan kabupaten/kota se-Indonesia. Rakornas dibuka Pelaksana Harian Ketua KPU RI I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi. Ia mengatakan hubungan masyarakat (humas) di KPU memiliki peran strategis. Humas tidak sebatas menyampaikan informasi tetapi juga harus memberikan pemahaman tentang subtansi yang disampaikan. Karena itu penting bagi pihak yang bertanggung jawab pada kehumasan untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi yang dapat menunjang kerja kehumasan. “Pola komunikasi publik berkembang dinamis, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Dewa Raka Sandi. Anggota KPU RI Divisi Sumber Daya Manusia, Organisasi dan Litbang Arief Budiman mengatakan posisi kehumasan sebuah lembaga semakin strategis. “Perkembangan teknologi dan informasi berkorelasi dengan cepatnya informasi beredar. Ini memunculkan potensi terjadinya disinformasi,” kata dia. Arief menandaskan humas wajib memiliki kemampuan beradaptasi terhadap dinamika tersebut. Secara khusus, Pramono Ubaid Tanthowi, anggota KPU RI Divisi Perencanaan, Keuangan, Umum dan Rumah Tangga dan Logistik mengatakan salah satu titik strategis humas lembaga akan diuji dalam kemampuannya memunculkan kontranarasi terhadap informasi yang tidak sehat. Butuh Multikompetensi Rakornas menghadirkan beberapa narasumber, yaitu Ketua Komisi Informasi Gede Narayana, Manajer Kebijakan Publik Facebook Indonesia Noudy Valdryno, wartawan Kompas Antony Lee, wartawan Tempo Imam Sukamto, dan TV Anchor/Public Speaker Putri Ayuningtyas. Para narasumber yang dihadirkan berbagi pengalaman sesuai kompetensi masing-masing. Gede Narayana menyampaikan banyak hal tentang Standard Layanan Informasi Publik. “Publik berhak atas informasi yang mudah, murah dan cepat untuk diakses. Ini yang harus terus dijawab oleh lembaga publik, termasuk KPU,’’ kata dia. Noudy Valdryno mengungkapkan strategi dalam pengelolaan media sosial. Noudy menyarankan agar akun-akun media sosial yang dikelola KPU bisa aktif mengunggah konten-konten yang memiliki sentimen positif dan membasahinya dengan optimisme. “Silakan bisa di highlight bagaimana aktivitas lembaga. Tampilkan sisi-sisi yang menarik dan penting untuk diketahui publik,’’ kata Noudy. Ia mengingatkan pentingnya menjaga keamanan akun dan daya jangkau, serta efektivitasnya ke publik. Antony Lee berbagi pengalaman bagaimana komunikasi publik dibangun melalui penulisan berita yang dapat bercerita. Kemenarikan itu membutuhkan tema yang menarik. Ini terkait dengan KPU RI, provinsi maupun kabupaten/kota yang menggunakan website sebagai salah satu kanal pelayanan informasi. ‘’Tema tulisan yang menarik adalah yang aktual, sesuai tren, mampu memotret keseharian, juga tentang minat dan humanisme,” ungkap Antony. Sebagai salah satu produk jurnalistik dan bentuk dokumentasi, bidang fotografi juga perlu mendapatkan perhatian serius tim humas. Imam Sukamto menjelaskan korelasi fotografi dengan nilai-nilai jurnalistik. “Menghadirkan foto yang mampu bercerita sesuai dengan narasi yang ditulis adalah poin penting,” kata Imam. Sementara itu Putri Ayuningtyas berbagi pengetahuan bagaimana komunikasi publik menjadi efektif dan tepat sasaran. Di sela-sela menyampaikan materi, ia juga merespons secara interaktif pertanyaan dan tanggapan dari peserta rakornas yang tersaji di kolom komentar aplikasi zoom. ‘’Komunikasi itu sederhana. Tujuannya pesan dari pengirim tersampaikan ke penerima. Komunikasi menjadi sulit ketika pesan tercampur dengan asumsi. Musuh utama komunikasi adalah asumsi,” kata Putri. Ia mengatakan sebagai penyelenggara pemilu, KPU sangat rawan dengan situasi krisis, khususnya dalam relasinya dengan publik. Beredarnya hoaks seputar informasi kepemiluan adalah salah satu bentuk situasi krisis yang harus direspons dengan terukur, cepat dan efektif oleh komunikator dari KPU. (kpujepara)